- Masuk Rutan KPK, Syamsuar Tak Ingin Jadi Pasien Keempat
- Pacu Jalur Kurang Publikasi
- Syamsuar - Edy Datangi Gedung KPK
- Mendagri: Syamsuar - Edy Kombinasi Serasi
- Baru Dilantik, Syamsuar Berharap Jokowi Dua Periode
- KPU Pastikan Jokowi Tak Pakai Earpiece
- Terapkan Pelayanan Berbasis Digital
- Bawaslu Kaji Laporan BPN
- Tiga Kabupaten Mulai Terbakar, Syamsuar: Kami Bisa Mengatasi
- Syamsuar: Siak Bisa, Insyaallah Riau juga Bisa Maju
- Hari Ini, Komisioner KPU Riau Dilantik
- Jokdri Akui Menyuruh Anak Buah Rusak Barang Bukti
- Nomor 7 Kembali Beradu
- Sidang PLTU Riau 1, Eni Minta Belas Kasihan Hakim
- Riau Siaga Darurat Penanggulangan Bencana Karhutla
Bulan Memberi, Mencintai dan Peduli

BACA JUGA
(RIAUPOS.CO) - Bulan suci Ramadan kembali menghampiri kita tahun ini. Umat Islam di berbagai tempat menyambutnya dengan suka cita. Begitu juga halnya di Bumi Melayu Lancang Kuning Riau. Masjid, gang, musala, tempat-tempat umum, kampus maupun perkantoran terpampang spanduk yang berisikan ucapan menyambut datangnya bulan penuh berkah ini. Marhaban Ya Ramadan.
Memaknai Ramadan tidak semata-mata dengan menahan makan, minum, dan segala hal yang dapat membatalkan puasa saja. Banyak dimensi ilahi dan sosial yang mesti kita pahami sebagai hamba Allah SWT yang mengedepankan hablum minallah (hubungan hamba dengan Sang Pencipta) dan hablum minannas (hubungan dengan manusia). Itulah yang disebut pesan moral puasa.
Dalam riwayat Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Tidak dianggap sebagai orang beriman apabila seseorang tidur dalam keadaan kenyang, sementara para tetangganya kelaparan di sampingnya.” (HR Bukhari).
Pesan moral puasa menanamkan kepedulian terhadap lingkungan sosial, berempati terhadap saudara kita yang dhoif, fakir dan miskin. Ini secara tegas disebut Rasulullah SAW sebagai ciri seorang mukmin. Puasa ibadah yang amat istimewa, hikmah dan kebajikannya bersifat multidimensional, tak hanya moral dan spiritual, tapi juga sosial.
Selain itu puasa Ramadan menjadikan kita memiliki dua semangat. Yakni semangat pencegahan (preventif) dari hal-hal yang destruktif dan menjadi basis mewujudkan kesalehan individual dan semangat kontsruktif yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yang pada gilirannya membentuk kesalehan sosial.
Salah satu tradisi masyarakat Melayu Riau “tradisi mengantar takjil” ke masjid, musala, panti asuhan, anak-anak terlantar merupakan bentuk terbangunnya kesalehan sosial di setiap datangnya bulan Ramadan. Ramadan juga akan menumbuhkan kesadaran batiniah menanamkan etos profesionalisme, membawa kita menjadi insan-insan yang dinamis berprestasi, dan menuju manusia produktif, mulia dan bermartabat.
Ramadan adalah kawah candradimuka untuk meningkatkan rasa yang berkaitan dengan kata giving, loving, and caring; memberi, mencintai, dan peduli. Puasa membentuk kecerdasan, baik secara moral, spiritual, maupun sosial, dan inilah karakter orang takwa.
Oleh karena itu diharapkan output dari ibadah puasa adalah lahirnya manusia-manusia beriman yang tidak hanya memiliki kesalehan individual. Akan tetapi juga manusia beriman yang memiliki kesalehan sosial. Sejenak kita menatap apa yang terjadi pada masyarakat saat ini, patut kiranya untuk direnungkan ketika kita saleh secara ritual akan tetapi rabun dan pikun dengan problematika sosial, bersikap masa bodoh atau acuh dengan penderitaan, ketimpangan.
Apakah benar kita telah bertakwa? Melalui tulisan ini, saya mengajak kita semua, selain mewujudkan kesalehan dengan puasa, baca Alquran, mendirikan malam bulan Ramadan dengan tarawih, witir dan ibadah lainnya. Mari kita berikan perhatian terhadap perbaikan sosial. Wallahu a’lam.***
H Wan Thamrin Hasyim, Plt Gubri