’’Saat
itu pula kita mengingat bagaimana ulama dulu pertama datang dipukul
ombak dihempas gelombang. Rasa-rasanya kita belum berbuat apa-apa.
Andaikan dulu ulama tidak datang ke nusantara kita mungkin malah
menyembah pokok kayu, menyembah batu. Hari ini kita alhamdulillah
kawan-kawan datang,’’ terangnya.
UAS mengungkap banyak pertanyaan
yang datang padanya kenapa dia tak datang meminta bantuan pada
pemerintah untuk membantu sekolah dan pendidikan anak-anak Talang Mamak.
Dia menyebut sudah pernah dan tidak mendapatkan respons yang cukup
baik.
’’Saya pernah presentasi, bukan tidak pernah. Saya
sampaikan, Pak tempat duduk anak-anak ini diikat pakai rotan. Jarak
tempuhnya jauh. Dari darat 5 jam sampai 7 jam, jalan kaki 2 jam. PNS
kanlah guru itu. Kita macam main bola dibuat. Ini kewenangan sana, sana
kewenangan sini. Saya orangnya cepat tobat, yang pertama dan terakhir,’’
ungkapnya.
Berdirinya Pondok Bustanul Hikam di Desa Rantau
Langsat hadir sebagai penanda akan ada masa depan yang cerah bagi
pendidikan di sana. UAS sudah memastikan kedatangannya kemarin merupakan
yang terakhir, namun syiarnya ke desa dan suku terpencil tak akan
berhenti. Sudah ada tempat lain yang akan dituju.
’’Sekarang mata
kami sudah melirik yang lain, yang lebih menarik dari Talang Mamak. Apa
itu, Durian Cacar. Mana yang lebih memerlukan, kita ke sana. Beberapa
tempat cemburu. Ustaz ke sana enam bulan sekali, sedangkan ini Suku
Akit, Sakai ustaz belum pernah tengok. Karena itu kita berbagi,’’
sambungnya.
Format pendampingan yang sudah diterapkan di Rantau
Langsat bagi Suku Talang Mamak nantinya akan dibawa ke daerah-daerah
lain. Dia menekankan pentingnya pendampingan terus-menerus oleh pemuda
yang memiliki totalitas dan diterima masyarakat setempat. Pendidikan dan
pemahaman agama penting untuk bisa terus diberikan pada masyarakat
terpencil, kata UAS, karena sudah terlalu lama mereka hidup dalam
kegelapan tanpa ilmu pengetahuan.
Apa yang dilakukan UAS di Desa
Rantau Langsat membekas dalam ingatan masyarakat. UAS pembawa suluh yang
mencerahkan dan memberikan jalan.
’’Dulu kami tidak sambut
hangat beliau, kami biasa saja tidak acuh. Masyarakat hanya memandang
dari mana ini. Sekarang masyarakat merasa melihat orang yang sudah
memberi jalan dan menasihati. Dampaknya masyarakat senang,’’ kata M
Nasir, mantan Kepala Desa Rantau Langsat tahun 2007 hingga 2013.***